Kadang kita sebagai manusia tidak bahagia apabila kita ditimpa suatu cobaan yang kita anggap sulit untuk dihadapi, padahal sebenarnya Allah memberikan cobaan kepada manusia tidak lebih dari kemampuan hamba-Nya.
Sebenarnya dalam pandangan Islam kunci kebagiaan yang hakiki
itu, tidak terletak dan diukur pada banyaknya harta, tingginya
jabatan, status sosial atau standar ukuran-ukuran keduniaan lainnya.
Akan tetapi letak kebahagiaan yang menjadikan seorang Muslim, tentram nan damai, manakala ia berusaha maksimal mendidik dirinya dan menata akhlaqnya, serta penuh keikhlasan dan kepasrahan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk membersihkan hatinya (qalbu) dari hal-hal yang mengotorinya.
Sebaliknya kerugian dan kecelakaan serta kesengsaraan bagi orang-orang yang mengotori qalbunya, Al Qur’an dengan tegas mengatakan, bahwa orang-orang mengotori jiwanya adalah orang-orang yang celaka dan merugi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :“ Sesungguhnya Berbahagialah orang-orang yang Mensucikan Jiwanya (Qalbu), Dan Sesungguhnya Merugilah orang-orang yang Mengotorinya”. (QS. Asy Syams : 9-10).
Dengan demikian pada hakikatnya kebahagiaan itu, tidak muncul dari luar diri kita, tetapi kebahagiaan akan terasa ketika kita memahami dan menyadari,bahwa semua yang kita terima sudah di atur oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Pengatur, yang menetapkan apa yang dikehendaki akan terjadi,ikhlas menerima dengan lapang dada baik itu dalam bentuk kesenangan,maupun dalam bentuk duka.
Untuk itu orang yang bahagia itu bukanlah orang yang selalu,mendapatkan kesenangan,dan orang yang celaka itu bukanlah orang yang selalu di rundung duka,
Namun orang yang Berbahagia adalah orang-orang yang mampu menyikapi, baik itu kesenangan maupun duka dengan ikhlas menerimanya,dan dengan sikap diri yang penuh Husnudzhan ”baik sangka” kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Disaat dalam keadaan kesenangan dan duka, dengan berbaik sangka seorang hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mendapatkan ketenangan dalam jiwanya, karena adanya keyakinan yang kuat, bahwa kesenangan dan duka Ada Anugerah yang besar terselip diantara keduanya.
“Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma’Bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :”Yang pertama dipanggil ke Surga adalah orang-orang yang selalu Memuji-Nya (Baik Sangka), baik di saat Lapang (Senang) maupun dalam Kesusahan (Duka).”(HR. At Thabrani, Al Bazzar dan Ibnu Abidunya).
Semoga kita sebagai Muslim, bisa selalu Beriman dan Bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang tentunya mengharapkan keridhoan Allah agar dapat meraih kebahagiaan baik di dunia dan akhirat, sudah sepatutnya kita senantiasa berbaik sangka (husnudzhan) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mari kita sama-sama bersihkan hati yang kotor ini.
0 komentar:
Post a Comment
Thanks for reading! Sebagai pembaca yang baik berikanlah kritik,saran, dan komentar..